Februari 2019 : To-Be-Read List

Tak terasa besok sudah memasuki bulan Februari. Perasaan belum lama merayakan Tahun Baru, tahu-tahu sudah mau masuk bulan kedua. Karena tahun ini target buku yang harus dibaca adalah minimal 50 buku, berarti setiap minggu aku harus baca minimal satu buku. Nah, sudah saatnya aku menentukan buku apa yang akan dibaca di bulan depan.

Berhubung di bulan Februari ada Valentine day, aku akan menyelipkan beberapa bacaan bergenre romance di bulan ini.

---

Judul: Geek Girl

Series: Geek Girl #1

Pengarang: Holly Smale

Genre: YA Contemporary Romance

Link: Goodreads

Harriet Manners knows a lot of things.

She knows that a cat has 32 muscles in each ear, a “jiffy” lasts 1/100th of a second, and the average person laughs 15 times per day. What she isn’t quite so sure about is why nobody at school seems to like her very much. So when she’s spotted by a top model agent, Harriet grabs the chance to reinvent herself. Even if it means stealing her Best Friend’s dream, incurring the wrath of her arch enemy Alexa, and repeatedly humiliating herself in front of the impossibly handsome supermodel Nick. Even if it means lying to the people she loves.

As Harriet veers from one couture disaster to the next with the help of her overly enthusiastic father and her uber-geeky stalker, Toby, she begins to realise that the world of fashion doesn’t seem to like her any more than the real world did.

And as her old life starts to fall apart, the question is: will Harriet be able to transform herself before she ruins everything?

---

Judul: Model Misfit

Series: Geek Girl #2

Pengarang: Holly Smale

Genre: YA Contemporary Romance

Link: Goodreads

“My name is Harriet Manners, and I am still a geek.”

Harriet knows that modelling won’t transform you. She knows that being as uniquely odd as a polar bear isn’t necessarily a bad thing (even in a rainforest). And that the average person eats a ton of food a year, though her pregnant stepmother is doing her best to beat this.

What Harriet doesn’t know is where she’s going to fit in once the new baby arrives.

With summer plans ruined, modelling in Japan seems the perfect chance to get as far away from home as possible. But nothing can prepare Harriet for the craziness of Tokyo, her competitive model flatmates and her errant grandmother’s ‘chaperoning’. Or seeing gorgeous Nick everywhere she goes.

Because, this time, Harriet knows what a broken heart feels like.

Can geek girl find her place on the other side of the world or is Harriet lost for good?

---

Judul: The Distance Between Us

Pengarang: Kasie West

Genre: YA Contemporary Romance

Link: Goodreads

Seventeen-year-old Caymen Meyers studies the rich like her own personal science experiment, and after years of observation she’s pretty sure they’re only good for one thing—spending money on useless stuff, like the porcelain dolls in her mother’s shop.

So when Xander Spence walks into the store to pick up a doll for his grandmother, it only takes one glance for Caymen to figure out he’s oozing rich. Despite his charming ways and that he’s one of the first people who actually gets her, she’s smart enough to know his interest won’t last. Because if there’s one thing she’s learned from her mother’s warnings, it’s that the rich have a short attention span. But Xander keeps coming around, despite her best efforts to scare him off. And much to her dismay, she’s beginning to enjoy his company.

She knows her mom can’t find out—she wouldn’t approve. She’d much rather Caymen hang out with the local rocker who hasn’t been raised by money. But just when Xander’s attention and loyalty are about to convince Caymen that being rich isn’t a character flaw, she finds out that money is a much bigger part of their relationship than she’d ever realized. And that Xander’s not the only one she should’ve been worried about.

---

Judul: Devil in Winter

Series: Wallflower #3

Pengarang: Lisa Kleypas

Genre: Historical Romance

Link: Goodreads

Easily the shyest Wallflower, Evangeline Jenner stands to become the wealthiest, once her inheritance comes due. Because she must first escape the clutches of her unscrupulous relatives, Evie has approached the rake Viscount St. Vincent with a most outrageous proposition: marriage!

Sebastian’s reputation is so dangerous that thirty seconds alone with him will ruin any maiden’s good name. Still, this bewitching chit appeared, unchaperoned, on his doorstep to offer her hand. Certainly an aristocrat with a fine eye for beauty could do far worse.

But Evie’s proposal comes with a condition: no lovemaking after their wedding night. She will never become just another of the dashing libertine’s callously discarded broken hearts — which means Sebastian will simply have to work harder at his seductions … or perhaps surrender his own heart for the very first time in the name of true love.

---

Judul: House of Furies

Series: House of Furies #1

Pengarang: Maeleine Roux

Genre: YA Fantasy, Horror

Link: Goodreads

After escaping a harsh school where punishment was the lesson of the day, seventeen-year-old Louisa Ditton is thrilled to find employment as a maid at a boarding house. But soon after her arrival at Coldthistle House, Louisa begins to realize that the house’s mysterious owner, Mr. Morningside, is providing much more than lodging for his guests. Far from a place of rest, the house is a place of judgment, and Mr. Morningside and his unusual staff are meant to execute their own justice on those who are past being saved.

Louisa begins to fear for a young man named Lee who is not like the other guests. He is charismatic and kind, and Louisa knows that it may be up to her to save him from an untimely judgment. But in this house of distortions and lies, how can Louisa be sure whom to trust?

---

Untuk buku yang terakhir memang bukan romance. In case aku butuh bacaan jenis lainnya. Karena aku tipe yang agak mudah bosan kalau hanya membaca buku berjenis romance doang berturut-turut. Hopefully, bulan ini sampai target baca juga ya.

How about you guys? Ada rencana baca buku apa di bulan Februari? 🙂

Review Buku: The Invasion of the Tearling by Erika Johansen

 

Judul: The Invasion of the Tearling

Series: The Queen of the Tearling #2

Pengarang: Erika Johansen

Penerbit: Harper

Tgl Terbit: 9 Juni 2015

Genre: YA Fantasy (and Sci-Fi?)

Link: Goodreads

Rating: ❤ ❤ ❤ (3.5)

“There’s a better world out there, so close we can almost touch it.”

Warning: Spoiler below!

Baca buku kedua dari seri The Queen of the Tearling ini sebenarnya butuh usaha lebih. Aku pertama kali baca buku pertamanya itu bulan April 2016 lalu. Dan aku ingat banget sebenarnya ide cerita buku pertamanya bagus tapi entah kenapa masih belum tertarik banget untuk baca lanjutannya. Alhasil sekarang, 3 tahun kemudian, aku baru mulai penasaran dengan kelanjutannya dan memutuskan untuk menyelesaikan seri ini.

Yang aku alamin sepanjang buku ini mungkin hampir sama seperti orang lain. BINGUNG. Ini buku sebenarnya genrenya apa sih? Yang aku ingat di buku pertama genrenya itu medieval fantasy. Middle age dengan sentuhan magic. Tapi dibuku kedua ini (di dunia Lily Mayhew) kelihatannya lebih ke futuristic. Lily sendiri lahirnya di tahun 2058, hidup di jaman penuh teknologi modern dan pemberontakan. Sontak berasa seperti culture shock. Jadi selama ini aku mengira Queen Kelsea dkk hidup di Middle Age itu salah donk? Karena Erika Johansen ini menggambarkan seolah-olah Kelsea dan Lily hidup di dunia parallel. Anyway itu semua nanti akan terjawab di akhir buku kedua ini.

“The problems of the past.
How the problems of the past, uncorrected, inevitably became the problems of the future.”

Aku merasa buku kedua ini lebih menitikberatkan masalah women oppression. Baik di dunia Lily maupun Kelsea, nampaknya selalu ada masalah ini.

Contoh, di dunianya pada tahun 2083, Lily dan teman-teman sesama wanitanya masih dianggap lebih rendah daripada pria dan sudah seharusnya mereka tunduk pada suami. Lily dianggap gagal sebagai wanita hanya karena ia belum memiliki anak dan harus rela dipukuli dan dikasari.

Di dunia Kelsea sendiri juga tidak jauh berbeda. Kelsea diharapkan untuk segera punya keturunan di usianya yang baru 19 tahun. Bahkan ia ditawari “reward” oleh raja dari kerajaan lain yaitu menjadi istri utamanya (dari 24 istri lainnya!) untuk membentuk aliansi dan Kelsea harus rela kehilangan posisinya sebagai Queen of Tearling. Seriously, how could you call that a reward??

Memang sepanjang buku ini kelihatan ada hubungan antara Kelsea dan Lily, tapi semua ini baru akan mulai jelas ketika sudah memasuki 3 chapter akhir. Barulah jelas bahwa memang Kelsea adalah keturunan dari Lily dan vision yang didapat Kelsea selama ini adalah masa sebelum crossing. Dan ternyata crossing yang dimaksud selama ini adalah melewati ruang waktu.

Jadi memang benar Lily hidup di jaman modern dan akhirnya ikut menyebrangi ruang waktu bersama William Tear (yang adalah raja pertama kerajaan Tearling) ke masa lalu, masa dimana Kelsea dan para pendahulunya hidup. Disitu pula lah terungkap salah satu kekuatan terbesar kalung sapphire yang dimiliki Kelsea adalah untuk menyebrang ke masa lalu.

Harus aku akui cara bercerita Erika Johansen ini cukup pintar. Dia bisa membuat pembacanya bingung dan sibuk menebak-nebak dan baru pada akhirnya terjawab di akhir cerita. Itu pula lah yang membuat aku merasa harus menyelesaikan buku ini karena pasti belum puas kalau belum mendapat jawaban yang jelas.

Tapi tetap saja, diakhir buku kedua ini ada cliffhanger yang menyebalkan dan masih ada beberapa hal yang masih belum jelas. Siapa sih sebenarnya Fetch? Terus Rowland Finn itu siapa? Penghianatan macam apa yang dia lakukan sampai dia mendapat hukuman (atau kutukan) yang berat? Bagaimana dengan nasib Kelsea dan  kerajaannya? Akan jadi ratu macam apa dia diakhir cerita nanti?

Karena hal-hal yang belum terjawab inilah, aku jadi semakin penasaran dan memutuskan untuk langsung lanjut baca buku terakhirnya. (Pinter juga triknya si Erika ini.) Semoga buku terakhirnya nanti memang bisa menjawab semua pertanyaan dari buku-buku sebelumnya dan cerita ini bisa ditutup dengan ending yang sempurna ya. 🙂

“When it fails, they do call it madness, Lazarus. But when it succeeds, they call it genius.”

Review Buku: Queen of Air and Darkness by Cassandra Clare

 Judul: Queen of Air and Darkness

Series: The Dark Artifices #3

Pengarang: Cassandra Clare

Penerbit: McElderry Books

Tgl Terbit: 4 Desember 2018

Genre: YA Fantasy

Link: Goodreads

Rating: ❤ ❤ ❤ ❤

“Sometimes you need to guard people against the things they want, as well as the things they fear.”

Warning: Spoiler below!

Baca buku pertamanya sekitar 2 tahun yang lalu dan sengaja nggak mau langsung baca buku keduanya. Takut sakit hati kalau ternyata ada cliffhanger (yang ternyata benar adanya.. #fiuhh). Jadi ketika buku ketiganya keluar bulan Desember lalu, series ini pun langsung masuk dalam daftar To-Be-Read tahun ini.

Karena sudah lama banget baca buku pendahulunya, hasilnya pas baca buku ini saya jadi bingung saudara-saudara. Bukannya apa, tokohnya itu loh banyak banget. Ditambah dengan konflik berkepanjangan antara nephilim dan downworlders yang nggak selesai-selesai dan semakin rumit dibanding buku pendahulunya.

Tapi tetap problem utama dari series ini aku rasa sih tentang Emma dan Julian. Dua tokoh utama yang terikat hubungan Parabatai yang jatuh cinta satu sama lain. Walaupun hal itu tidak diperbolehkan karena ada kutukan yang mengatakan bahwa pasangan parabatai yang jatuh cinta satu sama lain akan berubah menjadi demon. Honestly, sampai sekarang aku belum ngerti kenapa kalau cinta bisa merubah seseorang jadi iblis? Kayak nggak nyambung aja gitu.

Berusaha mencari cara untuk dapat tetap saling mencintai tanpa harus mengorbankan status mereka sebagai nephilim itu bukan perkara mudah. Ya intinya sih mereka mencari bantuan disana-sini yang kelihatannya di buku terakhir pun mereka sudah hampir sampai di titik putus asa.

Nah, perjalanan mereka mencari solusi ini lah yang ikut membantu menyeret mereka semakin dalam ke permasalahan antara nephilim dan downworlder. Ibarat sudah jatuh, masih ketimpa tangga. Ngga kebayang stressnya jadi mereka tuh kayak apa.

Anyway, setelah melewati “emotion rollercoaster” yang cukup melelahkan sepanjang buku ini, aku cukup senang dengan kondisi mereka di ending. Mereka kehilangan parabatai bond karena berubah menjadi raksasa. Yes, menurut aku agak nyeleneh sih, but it’s okay. They are both happy, so am I. 🙂

Pengembangan karakter di buku ini juga bagus. Especially Kit Herondale, yang awalnya aku pikir hanya side character seperti pada cerita umumnya yang biasanya terlupakan begitu saja saat bukunya selesai. Should have known, dia bukan sekedar the lost Herondale biasa. Yakin banget pasti nanti akan ada buku lanjutan yang lebih fokus ke Kit ini.

Beberapa plot twist disana-sini bikin aku tetap fokus untuk baca sampai selesai. Honestly, aku lumayan terkejut dengan endingnya. Terutama dengan apa yang terjadi pada Zara dan komplotannya. Tahu betapa jahatnya si Zara dkk ini, sepanjang buku aku sudah ngebayangin kalau di ending nanti dia harusnya dapat hukuman yang super berat. Eh, nyatanya dia masih bisa hidup dan hanya menutup diri di Alicante (bersama dengan para anti-downworlders lainnya). Yang sebenarnya sama saja karena menurut aku mereka masih bebas di dalam sana dan masih bisa plotting rencana-rencana yang lebih busuk untuk kedepannya.

“As we all have an infinite capacity to make mistakes, we all have an infinite capacity for forgiveness.”

Tapi di balik yang buruk-buruk pasti ada bahagianya. I’m still happy with the ending. Happy for both Emma & Jules and Alec & Magnus (Yes, they are getting married ❤  ). They all deserve to be happy after what they have gone through.

Lastly, can’t wait to get my hands on Cassandra Clare’s new book, Chain of Gold from The Last Hour series! ❤ 😀