Review Buku: The Mother Goose Diaries by Chris Colfer

The Mother Goose Diaries
Chris Colfer
Little Brown Books for Young Readers, 2015
Fiction, Fantasy, Middle Grade, Retelling
101 pages
Goodreads

Rating: 3 out of 5.

BLURB (via Goodreads)

In this companion book to the Land of Stories series from New York Times bestselling author Chris Colfer, Mother Goose is finally allowing her favorite readers to take a gander into all her secrets from her centuries of adventure.

Who else gossiped with Queen Elizabeth I, taught geography to Napoleon, marched for equal rights with Martin Luther King Jr. and served as Andy Warhol’s muse?

This journey through time with a beloved character from the Land of Stories series will be perfect for new and old fans alike.

Originally published in a boxed set with over 82,000 copies sold, this is now sold individually for the first time.

Bacaan yang singkat, lumayan untuk killing time. Bukunya tipis sih hanya 101 halaman. Bahasanya mudah dimengerti. Beberapa bagian juga mengundang senyum karena memang buku ini mengandung humor. Mungkin karena memang sedari awal buku ini ditujukan bagi para pembaca baru atau middle grade. Cocok untuk para pembaca anak-anak.

Cerita-cerita dalam buku ini juga singkat-singkat. Intinya tentang petualangan Mother Goose dan anaknya si angsa yang bernama Lester, keliling dunia dari tahun 1349 hingga 2015. Dimana dalam perjalanan keliling dunianya ini dia bertemu dengan berbagai orang terkenal serta melewati berbagai event-event atau sejarah dunia yang pernah terjadi. Seperti contohnya Black Death pada abad ke 14, bertemu dengan Marie Antoinette saat French revolution, ikut serta dalam World War 2 dengan Winston Churchill, dan masih banyak sejarah lainnya.

Sayangnya beberapa cerita sejarah yang diceritakan dalam buku ini bisa dibilang terlalu singkat jadi kalau dibilang menambah pengetahuan juga setengah-setengah sebenarnya.

Ada beberapa bagian juga yang sebenarnya agak sensitif, seperti kebiasaan Mother Goose yang suka minum-minum, grumpy, sampai poin-poin tentang LGBTQ community atau marriage equality. Yah untuk yang ngga terlalu ambil pusing akan hal-hal tersebut (seperti saya) harusnya sih tidak masalah ketika baca buku ini. Tapi mungkin bagi yang agak sensitif soal ini bisa lebih berhati-hati terlebih lagi jika tidak mau mengekspos hal ini ke anak-anak kecil terlalu awal.

Jadi apakah buku ini sebenarnya educational atau tidak, ya itu balik lagi ke pembacanya sendiri. 🙂 Yang pasti, yang bisa dipelajari dari si Mother Goose dalam petualangannya di buku ini kurang lebih tertuang dalam kutipan nya sebagai berikut:

“The truth is, you’ll never know the real differences you’ll make in the world or in someone’s life. Many people don’t get the credit or the blame they deserve because history has a funny way of remembering things – always has and always will. All we can do is live every day like we want to be remembered, and hope it’ll benefit the greater good. And if that’s your goal, chances are you’ll wind up helping someone along the way, even if it’s just yourself.

Chris Colfer

Crescent City #1 – House of Earth and Blood by Sarah J. Maas

House of Earth and Blood (Crescent City #1)
Sarah J. Maas
Bloomsbury Publishing, 2020
Paranormal, Urban, Adult, Fictional Fantasy
816 pages
Goodreads

Rating: 4.5 out of 5.

BLURB (via Goodreads)

Half-Fae, half-human Bryce Quinlan loves her life. By day, she works for an antiquities dealer, selling barely legal magical artifacts, and by night, she parties with her friends, savoring every pleasure Lunathion—otherwise known as Crescent City— has to offer. But it all comes crumbling down when a ruthless murder shakes the very foundations of the city—and Bryce’s world.

Two years later, her job has become a dead end, and she now seeks only blissful oblivion in the city’s most notorious nightclubs. But when the murderer attacks again, Bryce finds herself dragged into the investigation and paired with an infamous Fallen angel whose own brutal past haunts his every step.

Hunt Athalar, personal assassin for the Archangels, wants nothing to do with Bryce Quinlan, despite being ordered to protect her. She stands for everything he once rebelled against and seems more interested in partying than solving the murder, no matter how close to home it might hit. But Hunt soon realizes there’s far more to Bryce than meets the eye—and that he’s going to have to find a way to work with her if they want to solve this case.

As Bryce and Hunt race to untangle the mystery, they have no way of knowing the threads they tug ripple through the underbelly of the city, across warring continents, and down to the darkest levels of Hel, where things that have been sleeping for millennia are beginning to stir…

With unforgettable characters and page-turning suspense, this richly inventive new fantasy series by #1 New York Times bestselling author Sarah J. Maas delves into the heartache of loss, the price of freedom—and the power of love.

“Loyal unto death and beyond.”

❤️ Salah satu buku tertebal yg pernah kubaca. 800 halaman gengs. Untuk buku setebal ini, you either like it or hate it. Dan ternyata aku termasuk golongan ‘I like it’.

❤️ Buku ini ngga melulu tentang romance dan petualangan Bryce & Hunt, tapi juga tentang persahabatan dan loyalitas. Bryce dan Danika di buku ini tuh friendship goals banget. Mereka saling melengkapi, saling melindungi, saling ngejaga, saling percaya satu sama lain, loyal to each other till the end.

❤️ Romance relationship antara Bryce dan Hunt di buku ini juga dibangun perlahan-lahan. It feels normal and doesn’t feel rushed. They get closer emotionally. Jadi ngga hanya sebatas ketertarikan terhadap lawan jenis belaka.

❤️ Plot di buku ini bukan tipe plot yang berjalan dengan cepat. Kalau memang mau dibuat beralur cepat, buku ini ngga akan jadi 800an halaman. It slowly unfold, tapi plot twistnya sendiri ngga terduga dan bisa membuat semuanya berbalik 180 derajat dengan cepat.

❤️ I love love love the ending. Salah satu faktornya adalah karena dia ngga dibuat menggantung seperti di buku berseri lainnya. Kalau di buku lainnya, di akhir buku pertama akan ada cliff hanger yang seolah-olah mutus cerita begitu aja di tengah-tengah seri. Kalau House of Earth and Blood ini agak berbeda. Cerita Bryce dan Hunt dibuat seolah-olah selesai di buku pertama ini. Jadi ada perasaan puas begitu tiba di akhir cerita. Padahaaal ini baru buku pertama loh. Entah akan ada berapa buku lagi di kelanjutannya. Tapi seenggaknya pembaca ngga akan ditinggalkan dalam keadaan penasaran seperti di buku-buku berseri lainnya (colek seri ACOTAR dan ToG).

❤️ So excited for the next adventure in this beautiful world of Lunathion. Mungkin di buku berikutnya tokoh utamanya akan berubah? Kalau memang berubah, mungkin si Ruhn dan Hypaxia? 😆


💔 Satu-satunya hal yang membuat ratingku untuk buku ini minus 0.5 point adalah karena cara menulis Sarah J. Maas yang kadang terlalu deskriptif. Deskriptif memang kadang diperlukan apalagi untuk sebuah buku fiksi. Tapi menurutku di buku ini terlalu berlebihan, terlalu mendetail. Mungkin kalau paragraf-paragraf yg over descriptive di buku ini dipangkas, buku ini ngga akan sampai 800 halaman dan tentu aja jadi lebih menghemat waktu membaca. Yaa kalau aku sih biasanya langsung aku skip. Kalau ngga mah, mana bisa 2 minggu kelar baca ini buku.. 😄 #sorrynotsorry

Renegades by Marissa Meyer

Renegades (Renegades #1)
Marissa Meyer
Feiwel & Friends, 2017
Science Fiction, Young Adult, Fictional Fantasy
563pages
Goodreads

Rating: 4 out of 5.

BLURB (via Goodreads)

From #1 New York Times-bestselling author Marissa Meyer, comes a high-stakes world of adventure, passion, danger, and betrayal.

Secret Identities.
Extraordinary Powers.
She wants vengeance. He wants justice.

The Renegades are a syndicate of prodigies—humans with extraordinary abilities—who emerged from the ruins of a crumbled society and established peace and order where chaos reigned. As champions of justice, they remain a symbol of hope and courage to everyone…except the villains they once overthrew.

Nova has a reason to hate the Renegades, and she is on a mission for vengeance. As she gets closer to her target, she meets Adrian, a Renegade boy who believes in justice—and in Nova. But Nova’s allegiance is to a villain who has the power to end them both.

Dulu aku sempat ngefans dengan seri Cinder dari Marissa Meyer. Tapi kemudian berubah ketika membaca buku Heartless karangan beliau juga karena ternyata buku itu sama sekali tidak menarik ketika kubaca. Jadi cukup ada kekhawatiran ketika akan memulai seri barunya ini. Takut tidak cocok lagi.

Tapi nyatanya setelah selesai membaca buku pertama dari seri Renegades ini, aku sama sekali ngga menyesal. Ceritanya seru!

Basically, ceritanya tentang dua kubu di dunia post apocalyptic. Kubu penjahat dan kubu pahlawan. Cerita ini dijabarkan dari sudut pandang dua tokoh utama, masing-masing tokoh dari tiap kubu. Nightmare dari kubu villain/penjahat dan Sentinel dari kubu Renegade/hero. Mereka saling tidak tahu jati diri satu sama lain tetapi pada akhirnya semakin dekat dan ujung-ujungnya saling jatuh cinta. Sounds cliché? Well, I don’t really think so.

Buku ini ngga hanya melulu tentang romance, tapi juga cerita tentang persahabatan. Dari segi cerita, di awal cerita memang plotnya berjalan agak lambat. Tapi aku merasa kehati-hatian Marissa Meyer dalam membangun plot dan dunia Gatlon City dalam buku ini bisa dimengerti. Ada banyak aspek yang sebenarnya bisa membingungkan pembaca jika si penulis terlalu terburu-buru dalam menulis cerita ini.

Cerita ini juga membuat kita bertanya-tanya tentang apa sebenarnya yang baik dan apa yang buruk. Mungkin apa yang kita anggap baik, bisa jadi dianggap buruk oleh orang lain. Begitu juga sebaliknya. Cerita ini mengajarkan kalau dalam hidup ini ada banyak sudut pandang. Sudut pandang tiap orang tentu berbeda-beda, tetapi siapa yang berhak mengatakan seseorang itu berbeda atau cara pandangnya salah, hanya karena cara berfikirnya berbeda dari kebanyakan orang?

Dari segi karakter, aku suka semua tokoh yang ada di buku ini. Tapi yang paling menarik perhatianku adalah team Sketch (Adrian, Nova, Ruby, Oscar, dan Danna). Persahabatan mereka terlihat simple, ngga lebay, dan menyenangkan. Terasa seperti melihat persahabatan normal yang biasa ada di kehidupan nyata. It’s refreshing.

Selain itu aku juga merasa buku ini berbeda dari buku superheroes lainnya. Jarang-jarang kalau tokoh utamanya berasal dari team villain/penjahat kan?

Plot twist buku ini juga tidak mudah ditebak. Ending ceritanya benar-benar sesuatu yang ngga aku duga sama sekali. Twist seru yang pastinya akan membuat penasaran akan buku kelanjutannya.

Akhir kata, untuk kalian yang suka dengan bacaan sci-fi bertema superheroes seperti X-Man dan semacamnya, mungkin kalian akan cocok dengan buku satu ini. Just give it a try. 🙂

Design a site like this with WordPress.com
Get started